Oleh:
Noto Susanto. S.E.,M.M.,CSTMI.,CPHCM.,CNHRP.,CHLP.,CPS.,CPI.,CCSRMP.,CPRM
Jurnal SGI | Jakarta – Leadership atau kepemimpinan “Komandan Satpam” bagian penting untuk mempengaruhi “anak buah-nya” dengan kekuatan instruksi dan doktriniasi terhadap tugas dan tanggung jawab yang sudah ditetapkan sesuai dengan ruang lingkup pekerjaan dan prosedur kerja.
Sejatinya menjadi seorang komandan itu mudah? Namun belum tentu menjiwai untuk menjalani seorang komandan seutuhnya yang menjadi “role model atau menjadi contoh” agar setiap tujuan perusahaan berjalan sesuai yang diharapakan oleh pimpinan perusahaan selanjutnya.
Terjemahan Leadership menurut “Scott Mauzt membentuk hirarki kepemimpinan yang memberikan pelayanan klasik serta menjalankan sebagai fungsi utama melayani bawahannya, mengutamakan kebutuhan karyawan” Bukan sebaliknya membangun sistem ego, sehingga dalam suatu ekosistem tidak membantu anak buah untuk berkembang maju kedepan.
Dinamika dalam kepemimpinan komandan Satpam membutuhkan proses, walaupun sebagai edukasi semi militer harus mengetahui pokok permasalahan.Mencari tahu setiap individu bawahannya, tapi zaman sekarang memipin tidak harus marah-marah lagi, tetap tegas namun merangkul bawahan untuk mencapai tujuan bersama.
Menjadi komandan Satpam 10-15 tahun lalu berbeda dengan sekarang ini, kalau zaman dulu menjadi komandan Satpam terlihat kinerja baik, berani menegur, bisa ngomong, meskipun tidak terlalu pintar pasti jadi komandan dan dapat rekomendasi dari pimpinan untuk menjadi seorang komandan Satpam di perusahaannya Masing-masing.
Sedangkan zaman sekarang sedikit selektif dengan mengutamakan pengalaman dan dilengkapi dengan KTA (Kartu Tanda Anggota) dan ijazah Gada Madya (Level Supervisor) dan Gada Utama (Level Chief sampai dengan manager) serta lampiran persyaratan seperti sertifikat training, penghargaan karyawan terbaik, SKCK, surat pengalaman kerja, data personal dan administrasi lainnya.
Perjuangan menjadi komandan Satpam “Gampang-gampang Susah” karena harus mempersiapkan diri yang matang” tidak hanya keterampilan dan pengetahuan tentang Satpam saja namun harus memperbaiki etika, perilaku, mental positif, dan mempunyai keyakinan serta keberanian dalam memimpin bawahannya atau anak buah Satpam dilingkungan kerjanya.
Dalam perjalanan sebagai komandan Satpam, banyak hal yang dihadapi dari lika-liku atau fenomena sampai dengan keilmuan yang banyak belum diketahui dan hal lainnya, itulah seninya seorang komandan tidak harus bisa semuanya namum yang paling penting dari setiap momen apapun bisa dipelajari sebagai bahan evaluasi agar terus belajar dan bertindak, sehingga menutupi kelemahan yang ada didalam seorang komandan Satpam tersebut.
Untuk itu, agar lebih terarah dan terstruktur dalam memimpin bawahannya serta bisa membangun pondasi yang lebih kuat gunakan dengan metode “SCOPE (Self-Identity, Conflict, Omnipotence, Physical, dan Emotional)”:
1. Self-Identity (Identitas Diri) :
Seorang komandan Satpam menunjukan identitas dirinya sebagai jati diri atau seorang yang mempunyai sosok dan karakter dalam melakukan pembinaan kepada bawahannya. Identitas diri ibarat branding yang harus ditampilkan dengan mempunyai integritas bekerja dengan nilai-nilai dan prinsip sesuai peraturan perusahaan dan etika profesi yang ditekuni.
Jadikan bawahannya tempat mencurahkan keluh-kesah dari setiap kegiatan pekerjaan yang dialaminya baik kejadian, ketidaktahuan dalam bekerja, karena di kompalin customer, ekonomi menipis, dan lain sebagainya. Jangan sebaliknya, komandan mengeluh kepada bawahannya, bahkan sering pinjamin uang kepada anak buahnya “itu sih boleh-boleh saja” tapi ingat batasan yang harus dijaga, agar identitas diri komandan tetap menjadi kuat.
Jaga wibawa dan etika saat memimpin, karena seorang komandan akan diingat dan dikenang dari sosok aslinya, bisa saja 10 tahun kedepan karir bawahannya tersebut lebih baik dari komandan saat ini artinya perjalanan anak buah tadi bisa saja menemukan jati dirinya diluar, sehingga menjadi orang hebat lebih dari yang sekarang entah itu jabatan yang lebih tinggi atau menjadi pengusaha yang lebih sukses…Amin.
Maka dari itu, etika atau sikap itu adalah segalanya ilmu dan pengetahuan masih bisa dipelajari, tapi kalau sudah etika kurang baik walaupum pintar, orang lain juga akan ingat yang negatifnya saja dari tindakan dan perbuatanya yang mereka ketahui selama ini. Fokus perbaiki etika ya para komandan, biar bisa menjadi komandan yang mempunyai identitas diri yang profesional dan sosok yang dirindukan oleh bawahannya.
2. Conflict (Selisih) :
Seorang komandan Satpam harus bisa menyelesaikan setiap perselisihan atau permasalahan yang ada dilingkungan kerja, baik itu permasalahan internal maupun permasalahan eksternal atau masalah kegiatan Satpam lainnya.
Perselisihan internal atau masalah yang ada diinternal menjadi tanggung jawab seorang komandan Satpam di area kerja seperti mempersatukan masing-masing anggota Satpam, ketidakompakan dalam bekerja, kecemburuan sosial karena komandannya pilih kasih dan penempatan plotting atau area kerjanya masing-masing, kinerja tidak profesional, ketidaksukaan hubungan antar personal Satpam, dan lain sebagainya.
Sedangkan perselisihan eksternal bisa berhubungan dengan hubungan kurang baik karena tidak ada komunikasi dan koordinasi yang baik antara komandan dengan pihak luar terutama pihak “Binmas, Babinsa, warga lokal, penduduk setempat, organisasi masyarakat, yang intinya hubungan dengan pekerjaan Satpam.
Hal ini bisa disebabkan ada tindakan kriminal, kejadian bencana alam, kelalaian dalam bekerja, pelanggaran prosedur kerja, penyimpangan yang bekerja sama internal dan eksternal. Korelasinya bagaimana membangun relasi antara Komandan Satpam dengan pihak eksternal, sesuai yang sudah diuraikan diatas.
Dari perselisihan internal dan eksternal, komandan Satpam menganalisa dan mapping setiap kejadian atau peristiwa baik yang pernah terjadi maupun yang belum terjadi, selanjutnya membuat cheklist mitigasi risiko sehingga tindakan pencegahan dan langkah-langkah penanganan perselisihan lebih terukur dan terstrukur serta menjadi panduan dalam setiap penanganan perselisihan yang ada.
3. Omnipotence (Kemahakuasaan) :
Secara universal Omni = Seluruh dan Potence = Kemampuan. Namun jika digabunngkan menjadi “Kemahakuasaan” artinya semua aspek atau semua bagian baik keilmuan, empiris, analisi, teori, praktik, harus dikuasai dan mampu dalam mengelimentasinya terutama dunia persatpaman Indonesia.
Oleh sebab itu, penjabaran dari teori Scott Mauzt seorang komandan harus menguasai semua aspek baik itu dari sisi teknis, operasional, keterampilan, dan pengetahuan tentang Satpam lainnya. Namun secara fakta semua komandan Satpam, memang harus upgrade skill baik secara technical skill maupun managerial yang mendukung semua kegiatan Satpam dilingkungan kerja.
4. Physical (Fisik) :
Seorang komandan harus menjaga fisik dalam mewujudkan mendukung langkah kerja yang cepat dan gesit, karena fisik itu terlihat secara nyata seperti postur tubuh yang stabil dan proposional. Karena secara tidak langsung akan dicontoh bawahanya masing-masing, bagaimana dalam keadaan emergency apakah bisa lari kalau seadainya kondisi badannya gemuk atau sejenisnya.
Ini bukan bawah-bawah fisik seorang komandan, namun untuk menjalankan fungsi seorang leader itu harus mencerminkan sosok panutan yang akan ditiru oleh anak buahnya. Fisik bagus, tentunya dari kejahuan menjadi nilai tambah dari penampilan karena tidak terlihat buncit atau gemuk yang tidak terurus alias jarang olahraga.
Fisik yang prima sudah pasti berhubungan erat dengan seragam atau pakaian kerja yang digunakan, diperhitungan komandan yang merugi bila tidak bisa mamange menjadi fisik lebih stabil. Kehidupan dikerjaan harus seimbang juga dengan kegiatan diluar pekerjaan seperti olahraha secara rutin, sharing antar komunitas Satpam, baca buku untuk menunjang kemampuan pengetahuan, melakukan kegiatan yang positif, dan lain sebagainya.
5. Emotional (Emosi) :
Komandan Satpam harus mampu mengontrol emosi dalam kondisi dan situasi apapun? Prinsip dasarnya adalah emosi itu tidak harus marah-marah tapi dalam berbagai kesempatan emosi bisa disinkronkan antara ucapan dan pikiran seperti contoh “saat emosi memuncak depan orang banyak, jangan marah bawahannya” sehingga demotivasi berdampak semangat kerja menurun.
Seorang komandan Satpam, emosi itu bagian dari kehidupan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab ditempat kerja seperti sedang diam, sedang memikirkan permasalahan, menganalisa strategi pengamanan, sedang bercanda dengan tim, sedang berkomunikasi dan lain sebagainya.
Kecerdasan emosional, tolok ukur kematangan Komandan Satpam dalam berpikir dan bertindak, terutama dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi. Kemandirian dan terlihat dewasa komandan Satpam saat sedang berjalan, berdiri, berkomunikasi, briefing saat apel naik jaga maupun apel turun jaga.
Ingat ya untuk para komandan Satpam Indonesia !!! Jangan bisanya marah namun tidak memberikan solusi, bawalah dengan keadaan ketenangan terhadap situasi yang terjadi dilingkungan kerja lainnya.
Good Job Komandan 86.
[Red.Mus]